BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seleksi dan Pengujian Karyawan
adalah menunjukkan bagaimana menggunakan berbagai perangkat dan teknik untui
menyeleksi calon karyawan yang terbaik untuk suatu pekerjaan. Topic utam yang
tercaku adalah proses seleksi, teknik ujian dasar, pengecekan latar belakang
dan referensi, pernyataan yang etis dan sah menurut hokum dalam ujian, jenis
ujian, dan contoh pekerjaan serta simulasi.
Langkah berikutnya adalah memilih
calon terbaik untuk pekerjaan itu. Biasanya ini berarti mengurangi jumlah
pelamar dengan menggunakan perangkat penyaringan dan dijelaskan yaitu ujian,
pusat penilaian, dan referensi. Kemudian, calon penyelia dapat mewawancarai
calon yang mungkin dan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan apa yang dimaksud
dengan reliabilitas dan validitas.
2. Menjelaskan apa yang akan
dilakukan untuk memvalidasi ujian.
3. Menunjukkan dan mengilustrasikan
pedoman pengujian.
4. Memberikan contoh beberapa pertimbangan
etis dan sah dalam pengujian.
5. Menyebutkan jenis ujian yang
dapat digunakan untuk seleksi karyawan, dan bagaimana menggunakannya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
sebagai sumber informasi, sebagai bukti pertanggung jawaban ketika dibutuhkan
bagi pengguna informasi, serta dapat menambah wawasan dan memudahkan pembaca
untuk dapat memahami apa yang dilakukan oleh manager SDM, dan dapat
menggambarkan dengan lebih lengkap bagaimana fungsi SDM menolong perusahaan
menerima tantangan persaingan global.
1.4 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk dapat
memahami apa yang dilakukan oleh manajer SDM, dan dapat menggambarkan dengan
lebih lengkap bagaimana fungsi SDM menolong merusahaan menerima tantangan
persaingan global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Reliabilitas dan Validitas
a. Reliabilitas (Keandalan)
Reliabilitas (keandalan) adalah karakteristik
pertama dari ujian dan mengacu kepada konsistensinya. Keandalan ujian sangatlah
penting. Ada beberapa cara untuk memperkirakan konsistensi atau keandalan. Dapat
dilakukan ujian yang sama kepada orang yang sama pada dua waktu berbeda, dengan
membandingkan nilai ujian mereka pada ujian-2 dengan nilai pada ujian-1, ini
akan menjadi penilaian ulang ujian. Atau
dapat dilakukan ujian dan kemudian memberikan ujian kembali yang diyakini para
ahli sebagai ujian yang setara beberapa
waktu kemudian, ini akan menjadi penilaian bentuk setara.
b. Validitas
Validitas mengacu pada kebenaran
kesimpulan yang dapat kita buat berdasarkan hasil tes. Validitas sering mengacu
pada bukti bahwa ujian ini berhubungan dengan pekerjaan. Dengan kata lain,
prestasi seseorang pada tes tersebut merupakan alat prediksi yang valid untuk
menunjukkan prestasinya pada pekerjaan. Dalam ujian mempekerjakan, terdapat dua
cara utama menunjukkan validitas ujian, yaitu validitas kriteria dan validitas
isi.
Validitas
kriteria yaitu
validitas yang memperlihatkan bahwa nilai pada ujian (alat prediksi)
berhubungan dengan prestasi pekerjaan (kriteria).
Validitas
isi, ujian yang
sah isinya adalah yang berisi contoh dari tugas dan keterampilan yang
benar-benar dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.
2.2
Proses Validasi Ujian
Tahap
1 : Menganalisi Pekerjaan,
Langkah pertama adalah menganalisis
pekerjaan dengan membuat dan menuliskan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan. Dalam langkah ini, harus didefenisikan apa yang dimaksudkan dengan
“keberhasilan kerja” karena keberhasilan inilah yang ingin dijadikan alat
prediksi. Standar keberhasilan itu adalah kriteria.
Dalam studi ini, peneliti menemukan
hubungan yang penting antara deretan ujian yang digunakan sebagai alat prediksi
dan dua kriteria prestasi yang merupakan rating prestasi penyelia dan indeks
produktivitas objektif. Namun, sebenarnya tidak ada hubungan diantara deretan
ujian yang sama dan indeks kualitas objektif atau rating karyawan itu.
Tahap
2 : Memilih Ujian
Berikutnya, pilihlah ujian yang
dikira dapat mengukur atribut (alat prediksi) yang penting untuk keberhasilan
pekerjaan. Biasanya pengusaha mendasari pilihan ini pada pengalaman, riset
sebelumnya, dan merekan memilih beberapa ujian dan mengkombinasikannya menjadi deretan ujian. Deretan ujian memiliki
sasaran untuk mengukur sederetan alat prediksi yang mungkin, seperti agresivitas,
sifat ekstrover, dan kemampuan berhitung.
Tahap
3 : Melakukan Ujian
Pada tahap ini ada dua pilihan.
Pilihan pertama adalah melakukan ujian itu kepada kayawan yang saat ini
melakukan pekerjaan tersebut. Kemudian bandingkan nilai ujian mereka dengan prestasi
mereka saat ini, ini adalah validasi
bersamaan. Cara kedua yang lebih diandalkan dalam memvalidasi ujian adalah validasi prediktif. Disini dilakukan
ujian kepada pelamar sebelum mereka dipekerjakan. Kemudian memperkerjakan
pelamar ini hanya dengan menggunakan teknik seleksi yang ada, bukanlah hasil
dari ujian baru yang sedang dikembangkan. Setelah bekerja, ukurlah prestasi
mereka dan bandingkan dengan nilai ujian mereka terdahulu. Kemudian, tentukan
apakah prestasi mereka dapat digunakan untuk memprediksi prestasi kerja
berikutnya.
Tahap
4 : Hubungkan Nilai Ujian dengan Kriteria
Bila ada korelasi antara ujian
dan prestasi kerja, dapat dikembangkan dengan bagan harapan. Bagan harapan adalah grafik yang menunjukkan
hubungan antara nilai ujian dan kinerja pekerjaan sekelompok orang.
Tahap
5 : Validasi-silang dan Validasi-ulang
Sebelum melakukan ujian, mungkin
ada keinginan untuk memeriksanya dengan melakukan validasi-silang, paling tidak
seorang ahli harus memvalidasi-ulang ujian itu secara periodik. Lakukan
analisis pekerjaan dengan teliti untuk mengetahui perilaku kerja yang
dibutuhkan. Kemudian, mengkombinasikan beberapa sampel perilaku pada ujian.
2.3
Pedoman Program Pengujian
Pedoman program
pengujian adalah sebagai berikut :
1.
Gunakan
ujian sebagai tambahan. Jangan jadikan ujian yang dilakukan sebagai
satu-satunya alat seleksi, gunakan ujian sebagai tambahan perangkat lain
seperti wawancara dan pengecekan latar belakang.
2.
Validasilah
ujian tersebut. Paling baik adalah melakukan validasi di dalam perusahaan
sendiri, meskipun fakta menyatakan tes yang sama telah terbukti valid dalam
organisasi yang serupa selalu dapat diterima.
3.
Monitor
program pengujian/seleksi. Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, ”Seberapa
besar proporsi pelamar dari kelompok minoritas dan nonminoritas yang ditolak
pada setiap tahap proses mempekerjakan?” “Mengapa saya menggunakan ujian ini?”.
4.
Simpan
catatan yang akurat. Catat mengapa anda menolak setiap pelamar. Alas an anda
menolak pelamar dapat berkaitan dengan validasi di kemudian hari.
5.
Gunakanlah
psikolog yang memiliki sertifikasi. Menyusun, memvalidasi dan menggunakan
standar-standar seleksi (termasuk ujian-ujian) secara umum membuthkan psikolog
yang berkualitas. Hamper semua mengkondisikan orang yang menawarkan jasa
psikolog pada publik agar disertifikasi atau diberikan lisensi.
6.
Mengelola
kondisi ujian. Melaksanakan ujian di wilayah yang rivat, tenang, dengan
penerangan dan ventilasi yang cukup, dan memastikan semua pelamar melakukan
ujian dalam kondisi yang sama.
7.
Validasi
kembali secara periodik. Kebutuhan pengussaha dan kecenderungan pelamar akan
berubah dari waktu ke waktu. Harus dilakukan validasi kembali program pengujian
secara periodik.
2.4
Pertimbangan Etis dan Sah dalam Pengujian
Pelaku ujian memiliki hak :
-
Privasi
dan informasi dibawah standar American Psychological Associaation (Asosiasi
Psikolog Amerika) untuk ujian pendidikan dan psikologis.
-
Kerahasiaan
atas hasil ujian dan hak untuk memberikan izin mengenai penggunaan hasil
tesebut.
-
Untuk
mengharapkan bahwa hanya orang yang memenuhi syarat untuk menerjemahkan nilai
ini saja yang memiliki akses terhadapnya, atau informasi secukupnya akan
menyertai nilai itu untuk memastikan interpretasi mereka yang sesuai.
-
Untuk
mengharapkan ujian ini adil bagi semuanya.
Sebagai
contoh, tidak ada otang yang melakukan ujian itu yang memiliki akses sebelumnya
terhadap pertanyaan atau jawabannya. Mengikuti ujian yang sesuai, seperti
lingkungan ujian yang tenang, privasi, dan setrusnya adalah penting. Factor
lain adalah jelasnya hubungan antara prosedur seleksi dan melakukan pekerjaan
(dengan kata lain, “validasi awal” prosedur seleksi).
Ujian
yang valid secara teknis tidak begitu saja akan dianggap adil oleh calon
karyawan. Hal inilah yang kadang kala menjadi pembenaran untuk menggantikan
satu tes yang telah valid dengan jenis ujian lain, jika ujian lain itu
dirasakan lebih adil.
2.5 Jenis-jenis Ujian
a.
Ujian
Kemampuan Kognitiif
Ujian
Kognitif termasuk ujian kemampuan pemahaman umum (intelegensia) dan ujian
kemamuan mental khusus seperti memori dan pemahaman induktif.
b.
Ujian
Intelegensia
Ujian
intelegensia (IQ) adalah ujian kemampuan intelektual umum. Mereka bukan hanya
mengukur ciri tunggal, teteapi lebih ke kisaran kemampuan, termasuk memori,
kosakata, kefasihan bicara, dan kemampuan berhitung.
c.
Ujian
Kemampuan Motorik dan Fisik
Kemampuan
motorik meliputi ; ketangkasan jemari, ketangkasan manual, dan waktu reaksi.
Mengukur kecepatan dan akurasi penilaian sederhana dan juga kecepatan jemari,
tangan dan pergerakan lengan.
Ujian
kemampuan fisikdapat diperoleh. Termasuk kekuatan statis, kekuatan dinamis,
koordinasi tubuh, dan stamina. Sebagai contoh, penjaga pantai harus menunjukkan
bahwa mereka mampu berenang sebelum dipekerjakan.
d.
Mengukur
Kepribadian dan Minat
Kemampuan
kognitif dan fisik seseorang itu saja belum tentu menjelaskan prestasi kerja
seseorang. Faktor lain, seperti motivasi dan keterampilan antar-individu,
adalah sangat penting. Seperti yang dikatakan seorang konsultan, kebanyakan
orang dipekerjakan berdasarkan pada kualifikasi tertentu, tetapi paling banyak diberhentikan karena
tidak berprestasi. Ide untuk menyaring para calon yang tidak sesuai tersebar
dalam berbagai cara baru, salah satunya ujian kepribadian,
Ujian
Kepribadian adalah yang paling sulit untuk dievaluasi dan digunakan. Seorang
ahli harus menganalisis interpretasi dan reaksi orang yang melaksanakanujian
itu dan mengambil kesimpulan tentang kepribadian orang itu dari hasil ujian.
Ujian seperti ini digunakan untuk seleksi dengan asumsi bahwa dapat ditemukan
hubungan hubungan antara ciri kepribadian yang dapt diukur dan keberhasilan
atas pekerjaan.
e.
Ujian
Keberhasilan
Ujian
Keberhasilan mengukur apa yang telah dipelajari seseorang. Kebanyakan dari
ujian yang dilaksanakan saat sekolah, merupakan ujian keberhasilan. Ujian ini
mengukur “pengetahuan dalam bidang pekerjaan” seperti ekonomi, pemasaran, atau
personalia.
f.
Ujian
Berbasis Web
Perusahaan
makin banyak menggunakan web untuk menguji dan menyaring pelamar. System online
yang baru milik perusahaan menghilang kebutuhan terhadap proses kertas dan
pensil. Pusat data pelamar yang bekerja secara online menyelesaikan lamaran dan
ujian Matematika dan biodata.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada beberapa teknik untuk
menyaring dan menyeleksi calon pekerja, diantaranya yaitu pengujian. Banyak
jenis ujian yang digunakan, termasuk ujian intelegensia, ujian keterampilan
fisik, ujian keberhasilan/pencapaian, ujian kecerdasan, daftar minat, dan ujian
kepribadian.
Agar ujian seleksi menjadi
berguna, nilainya harus dapat memprediksi prestasi kerja. Kita harus
memvalidasi ujian itu. Hal ini membuthkan 5 langkah, yaitu, menganalisi
pekerjaan, memilih ujian, melakukan ujian, menghubungkan nilai ujian dan
kriteria, dan validasi-silang dan validasi ujian itu.
Pusat penilaian manajemen adalah
perangkat penyaringan lainnya dan memberikan kepada pelamar serangkaian
pelatihan yang nyata. Prestasi diamati dan dinilai oleh ahli, yang kemudian
memeriksa penilaian mereka dengan mengamati pelamar itu saat mereka kembali ke
pekerjaan mereka.
3.2
Saran
Melalui tulisan ini diharapkan dapat
mengetahui dan memahami cara yang dilakukan oleh manajer SDM dalam menyeleksi
calon karyawan, serta dapat menggambarkan dengan lebih lengkap bagaimana
tahap-tahap pengujian dan seleksi karyawan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Desler,
Garry. 2008. Human resource Management. Prentice Hall International. Inc. Tenth
Edition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar